Career Opportunity

1.    Pengertian

Career Opportunity atau kesempatan bekerja terdiri atas dua kata yang memiliki artinya masing-masing. Berdasarkan Kamus Bahasa Inggris Meriam-Webster, kata career berarti sebuah profesi yang ditekuni atau dilatih oleh seseorang dan diambil sebagai panggilan tetap atau permanen seumur hidupnya. Sedangkan kata opportunity berarti sebuah peluang yang baik untuk sebuah perkembangan.

Dari pengertian masing-masing kata tersebut, kita dapat menarik pengertian frase Career Opportunity sebagai sebuah peluang yang baik untuk perkembangan sebuah profesi seseorang yang ditekuni atau dilatihnya dan diambilnya sebagai panggilan tetap atau permanen seumur hidupnya. Tetapi sayangnya frase kesempatan bekerja atau career opportunity sering kali hanya dianggap orang sebagai bentuk promosi ketika sebuah perusahaan membutuhkan pekerja yang nantinya juga hanya akan dikontrak untuk kurun waktu terbatas dan hanya dijadikan sumpalan untuk bagian yang sedang bolong.

2.    Karir Vs. Pekerjaan

Orang sering kali salah mengartikan frase career opportunity. Bagi sebagian orang, karir ataupun pekerjaan tidaklah berbeda. Namun pada kenyataan kedua hal tersebut memiliki perbedaan yang cukup mendasar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan,  kata pekerjaan berarti barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dsb.); tugas kewajiban; sesuatu yg dilakukan untuk mendapat nafkah. Dari ketiga pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa pekerjaan adalah suatu perbuatan berupa tugas atau kewajiban yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh nafkah (sumber pokok penghidupan seseorang).

Pengertian pekerjaan jelaslah memiliki perbedaan dengan pengertian karir. Karir lebih mengarah pada sebuah perkembangan seseorang dalam menjalankan pekerjaan atau jabatannya. Karir juga diartikan sebagai pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju.

Dengan kata lain, pekerjaan adalah bagian dari karir. Tidak semua pekerja memperhatikan jenjang karirnya. Sebagian pekerja kurang memperhatikan perkembangan posisinya karena sudah merasa tenang dengan memperoleh gaji bulanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Untuk memperjelas perbedaan tersebut berikut ini adalah ciri-ciri karir beserta penjelasan dan contoh singkatnya:

  • Karir adalah pekerjaan yang dicapai tahap demi tahap dalam suatu bidang usaha atau perusahaan yang sama.

Karir berarti tidak harus berkutat pada suatu jenis pekerjaan yang sama. Ada seseorang yang memulai karirnya sebagai seorang graphic designer. Karya-karyanya sangat memuaskan. Dia bisa saja tetap berada di posisinya jika orang tersebut hanya memiliki keunggulan dalam bidan visual communication design. Namun orang yang memiliki potensi lain dapat melebarkan sayapnya dengan mencoba bidang lain yang sesuai dengan kemampuannya setelah berangkat dari posisi seorang graphic designer. Orang tersebut bisa saja kemudian menjadi staff pemasaran karena kemampuan promosinya yang terlihat saat ia bekerja sebagai graphic designer. Potensi yang tidak sengaja terlihat tersebut dapat menjadi perhatian mereka yang berada di jajaran top level management untuk kemudian mempromosikan pekerja tersebut ke bagian pemasaran dan tentunya dengan menjanjikan bayaran dan perkembangan karir yang lebih menjanjikan. Ini adalah contoh kecil yang pernah terjadi dan membawa kesuksesan pada seseorang yang meniti karirnya dalam sebuah perusahaan tanpa harus berkutat pada satu jenis pekerjaan. Tapi bisa juga meniti karir dilakukan di perusahaan yang berbeda ketika seseorang telah merasa ada pada suatu titik di mana mereka sudah tidak dapat berkembang lagi dan kemudian memutuskan untuk keluar baik-baik lalu mencari pekerjaan di perusahaan lain yang dirasanya dapat melanjutkan jenjang karirnya. Jenjang karir seperti ini tidak hanya akan menjamin pemenuhan kebutuhan hidup namun juga akan menarik saat dimasukkan ke dalam curriculum vitae sebagai bukti kemampuan seseorang untuk berkembang. Namun perlu diingat, dalam meniti karir tetap ada etika-etika yang harus dipegang seperti tidak membocorkan rahasia perusahaannya terdahulu.

  • Karir biasanya dicapai bertahap ke atas.

Tentulah sesuatu yang dititi diharapkan untuk berjalan meningkat, bukan sekedar mendatar, apalagi menurun.

Ketika seseorang memiliki potensi dan ketertarikan pada suatu bidang pekerjaan, orang tersebut tentu akan menunjukkan perkembangan dan produktivitasnya saat bekerja. Kedua hal tersebut akan membawa orang tersebut secara perlahan atau mungkin cepat menuju ke jenjang selanjutnya dan selanjutnya, begitu seterusnya. Itulah yang kemudian disebut sebagai karir. Itulah mengapa karir biasanya bertahap ke atas, lain dengan pekerjaan yang cenderung jalan di tempat karena kurangnya potensi diri atau ketertarikannya akan bidang pekerjaan yang sedang digelutinya. Hal ini bisa menjadi sebuah alasan seseorang untuk tekun dalam meniti karirnya daripada puas pada satu jenis pekerjaan saja. Karena ini secara tidak langsung merupakan bentuk investasi jangka panjang seseorang dalam pekerjaannya.

  • Karir lazimnya mensyaratkan keahlian tertentu.

Seperti telah dibahas secara singkat pada bagian sebelumnya, potensi diri atau keahlian adalah salah satu syarat wajib bagi seseorang untuk dapat meniti karirnya.

Pada dasarnya setiap orang pasti memiliki keahlian tertentu. Namun sayangnya tidak semua orang menyadari keahliannya bahkan hingga akhir dari masa pekerjaannya. Dan ketidak-mampuan seseorang untuk mendeteksi kemampuannya tersebutlah yang kemudian menjadi penyebab banyaknya orang yang hanya sekedar bekerja, bukan berkarir. Tentulah berkarir membutuhkan setidaknya satu jenis keahlian tertentu. Bagaimana seseorang bisa menjadi produktif ketika orang tersebut tidak memiliki keahlian? Bagaimana sebuah perusahaan bisa tertarik untuk mempromosikan seseorang pada suatu tingkatan atau jabatan tertentu ketika orang tersebut tidak menunjukkan kelebihannya atau produktivitasnya tersebut? Mereka yang masih bisa terus berkarir tanpa suatu potensi tertentu apapun bisa dikatakan sebagai orang-orang yang berhasil meniti karir dengan cara kurang lazim.

  • Karir umumnya bukan hobby atau melaksanakan pekerjaan sosial yang tidak mencari keuntungan materi.

Perlu ditekankan, bahwa pernyataan di atas menggunakan kata “umumnya”. Berarti ada beberapa kasus khusus atau tidak umum yang bisa terjadi.

Mengapa karir umumnya bukan hobby?

Biasanya, orang yang menekuni sebuah hobby bahkan rela mengeluarkan uang berapa pun untuk menjalankan kesenangannya tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya orang menghindari hobby sebagai suatu bidang yang ditekuninya dalam berkarir. Hal ini mungkin saja dapat berakibat kurang baik dalam perjalanan karirnya. Namun tidak menutup kemungkinan berangkat dari sebuah hobby, seseorang bisa memotivasi dirinya untuk meniti karir pada bidang tersebut.

Karir juga bukan pekerjaan sosial yang tidak mencari keuntungan materi karena karir dibangun tidak hanya untuk menunjukkan eksistensi diri dalam sebuah pekerjaan, melainkan juga atas kebutuhan jangka panjang untuk investasi akan kebutuhan hidup seseorang hingga akhir masa pekerjaannya. Lagipula pekerjaan sosial bukanlah sarana yang tepat untuk menunjukkan keberadaan kita sebagai pekerja di belakang kegiatan tersebut. Selayaknya, pekerjaan sosial haruslah berangkat dari hati bukan untuk mencari muka.

  • Karir selalu bercitra positif.

Kata karir memang diciptakan untuk sebuah citra positif. Hal tersebut juga seharusnya akan selalu tetap ada dalam benak kita ketika mendengar kata tersebut.

Jika ada orang yang (menurutnya) memiliki profesi sebagai maling dan telah menjadi maling kelas kakap, orang tersebut buka sedang berada di puncak karirnya. Karena karir bukanlah untuk dipadankan dengan tindakan negatif seperti itu. Orang tersebut justru sedang mempersiapkan dirinya untuk segera terdaftar di salah satu rumah tahanan.

3.    Karir Profesional Vs. Wirausaha

Karir profesional tentulah berbeda dengan wirausaha. Orang yang meniti sebuah karir berarti orang yang mengisi lapangan pekerjaan pada sebuah badan usaha. Sedangkan mereka yang melakukan wirausaha berarti membuka sebuah badan usaha beserta lapangan pekerjaan di dalamnya.

Perbedaan dari kedua cara menghasilkan uang ini tidak hanya terbatas pada penjelasan di atas. Kedua hal ini juga berbeda dari segi hal yang mereka jual. Orang yang membangun karir professional menjual keahliannya. Sedangkan orang yang berwirausaha akan menjual produk yang dihasilkannya (dalam bentuk barang maupun jasa).

Perlu diingat pula, bahwa berwirausaha pun harus memiliki keahlian. Tapi keahlian tersebut tidak dijual pada pihak lain, melainkan digunakan secara langsung oleh para wirausahawan tersebut untuk melancarkan usaha yang dibukanya. Sehingga pada dasarnya, berkarir secara professional ataupun berwirausaha, untuk memenuhi kebutuhan hidup kita secara material, kita harus memiliki keahlian tertentu. Oleh karena itu, setiap orang akan lebih baik untuk mencari tahu keahliannya sejak dini agar mudah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya kelak.

Ada satu hal mendasar lagi yang membedakan antara para profesional yang meniti karir dengan para wirausahawan. Seorang profesional yang meniti karir tentunya tidak membutuhkan biaya terlalu besar sebagai modalnya (di samping biaya pendidikan yang tentunya juga dibutuhkan para wirausahawan). Mereka yang meniti karir profesional awalnya hanya membutuhkan satu set pakaian formal serta beberapa pakaian kerja ditambah dengan satu map berisi curriculum vitae dan surat lamaran yang menarik untuk memulai pekerjaannya. Sedangkan wirausahawan membutuhkan modal uang yang cukup besar untuk membuka sebuah usaha sekalipun bisa mencoba untuk mencari sponsor atau pinjaman dari pihak luar. Namun hal tersebut juga memiliki tingkat resiko yang tinggi jika mengalami kegagalan. Sedangkan bekerja dengan meniti karir profesional hanya mungkin sampai pada titik kehilangan penghasilan, tidak sampai pada tahap defisit.

4.    Karir Dependen Vs. Independen

Dependen yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai dependent berarti tergantung atau bergantung. Sedangkan awalan in- pada kata independen menunjukkan bahwa kata tersebut berlawanan arti dengan kata dependen. Maka arti kata independen adalah tidak tergantung.

Berdasarkan arti kata yang dijelaskan sebelumnya, karir dependen sendiri berarti karir yang bergantung. Namun lebih jelasnya, karir dependen bisa bermakna di mana seseorang bekerja sebagai profesional untuk orang lain. Contoh dari karir dependen adalah jika seseorang bekerja sebagai karyawan, analyst pada sebuah perusahaan, manager, atau direktur. Pada intinya seorang yang memilih jalur  karir dependen berarti harus bekerja di bawah suatu perusahaan atau lembaga tertentu.

Karir independen secara singkat berarti karir yang tidak tergantung. Sedangkan secara lebih jelas, karir independen dapat dimaknai sebagai seseorang yang bekerja sesuai dengan profesi atau keahliannya tanpa terikat dengan orang lain atau suatu badan tertentu. Sebagai contoh, karir independen diperankan oleh mereka yang berprofesi sebagai dokter, olahragawan, ataupun seniman.

Kedua jenis karir ini memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Mereka yang berkarir secara dependen memiliki keuntungan berupa gaji tetap setiap bulannya atau kurun waktu pembayaran tertentu secara stabil. Tetapi keterikatan yang mereka alami menyebabkan gerakan mereka lebih terbatas oleh segala macam peraturan yang diimplementasikan pada perusahaan atau lembaga tempat mereka berkarir.

Lain halnya dengan para profesional yang berkarir secara dependen, profesional yang berkarir secara independen memiliki keuntungan dalam pengaturan waktu mereka yang cenderung lebih fleksibel. Karena pada dasarnya mereka yang berkarir secara independen ini tidak terikat pada terlalu banyak aturan seperti yang diterapkan dalam berbagai badan usaha. Namun mereka yang berkarir secara independen ini tidak memiliki jaminan gaji atau penghasilan yang tetap setiap bulannya. Di lain sisi, keadaan ini akan sangat menguntungkan jika mereka telah memiliki nama yang begitu dikenal karena akan lebih banyak orang yang langsung memilih mereka untuk bekerja secara freelance oleh karena informasi yang telah diperoleh masyarakat mengenai kualitasnya yang telah diketahui berbagai pihak.

Dengan melihat keuntungan dan kerugian yang tertera di atas, setiap orang dapat menentukan jalan hidupnya masing-masing menurut panggilan hatinya. Karena ada orang yang lebih menyukai sesuatu yang pasti sekalipun penuh dengan aturan, namun ada pula orang-orang yang lebih menyukai kebebasan apalagi dengan didukung kemampuan yang di atas rata-rata dan membuat dia sebagai yang dicari, bukan yang mencari.

5.    Syarat Karir

Syarat karir dibagi atas dua jenis syarat yaitu syarat primer dan syarat sekunder.

Contoh syarat primer, yaitu:

  1. Pendidikan
  2. Pengalaman
  3. Usia

Syarat-syarat tersebut dikatakan primer karena biasanya hal-hal tersebut menjadi persyaratan mendasar dan utama yang sulit untuk digantikan dengan mereka yang tidak memenuhi kebutuhan akan syarat-syarat tersebut.

Pada contoh pendidikan misalnya, ketika sebuah perusahaan farmasi mencari orang yang dapat meracik obat-obatan, tentulah akan dicari dari mereka yang memiliki latar belakang pendidikan untuk menjadi seorang apoteker. Sepandai apapun seseorang dalam hal ekonomi, tidak akan diterima untuk menjadi peracik obat di sebuah perusahaan farmasi.

Pengalaman juga merupakan syarat primer terutama untuk posisi-posisi yang cukup menengah ke atas. Tidak mungkin sebuah perusahaan membiarkan seseorang tanpa pengalaman apapun untuk bisa menjadi direktur baru di perusahaannya. Begitu pula tak mungkin seseorang yang berpengalaman dan tidak memiliki keahlian dalam kedokteran tiba-tiba ditugaskan menjadi dokter ahli bedah pada sebuah rumah sakit sekalipun bukan rumah sakit ternama.

Usia juga terkadang menjadi syarat primer walaupun terkadang usia tidak bisa dijadikan sebuah syarat mutlak. Biasanya perusahaan menggunakan tenaga usia muda untuk meningkatkan produktivitasnya karena dirasa memiliki ide-ide yang cenderung inovatif, namun sebenarnya masih ada orang-orang di atas batas usia tertentu yang juga bisa bersaing untuk posisi tersebut. Tapi hal tersebut tetap menjadi syarat yang biasanya susah ditembus oleh mereka yang berada di luar batasan yang telah dibuat oleh suatu badan usaha tertentu.

Contoh syarat sekunder:

  1. Gender
  2. Status Pernikahan
  3. Posisi Domisili

Berdasarkan contoh-contoh di atas kita bisa melihat bahwa syarat sekunder berarti syarat yang masih mungkin tergantikan selama si pelamar memiliki kualifikasi yang kompetitif ketika dibandingkan dengan calon lainnya.

Syarat gender tertentu akhir-akhir ini sudah mulai berkurang. Penduduk di dunia sudah mulai menyamakan derajat kaum wanita dengan kaum pria. Sekarang menemukan sopir taksi perempuan bukanlah hal yang aneh. Karena akhirnya syarat gender tersebut telah mulai diabaikan bahkan di Indonesia.

Status pernikahan pun hanya tinggal diterapkan oleh beberapa perusahaan dan untuk posisi-posisi tertentu saja. Dan posisi domisili kini semakin dipermudah dengan telah dibangunnya begitu banyak jalan tol sebagai prasarana yang senantiasa membantu manusia dalam mempermudah kehidupannya dan mempersingkat waktu perjalanan yang harus ditempuh.

6.    Prospek Karir

Pada hakikatnya sebuah masa depan tentulah harus ditata dan diciptakan oleh orang yang hendak meraih masa depan itu sendiri. Orang-orang yang berada di sekitarnya hanyalah faktor pendukung dalam usaha meraih masa depan yang senantiasa dicita-citakan oleh seseorang. Begitu pula yang terjadi saat seseorang hendak menata prospek karirnya sendiri.

Idealnya seseorang akan memulai dan mengembangkan karir dalam bidang usaha yang diminatinya. Karena pada dasarnya minat akan membawa seseorang untuk menjadi lebih semangat ketika mengerjakan pekerjaannya. Suatu artikel pada blog di dunia maya pun menyetujui pernyataan ini dan telah menjabarkannya pada tulisannya mengenai tips dan trik untuk memulai karir.

Biasanya orang yang mempunyai kesempatan mengembangkan karir dalam bidang yang ia sukai senantiasa memperlihatkan prestasi yang lebih bagus. Mereka yang memiliki ketertarikan pada suatu bidang biasanya cenderung lebih produktif karena rasa ketertarikannya itu akan secara langsung memotivasi dirinya untuk terus melakukan yang terbaik.

Sebaliknya, orang yang memaksakan diri berkarir dalam bidang usaha yang sangat tidak ia jiwai atau sukai akan cenderung tersendat-sendat dalam perkembangan karir dan pencapaian prestasinya dalam karir yang ia jalani. Bahkan tidak menutup kemungkinan orang tersebut dapat mengalami kegagalan total atas pilihannya yang dapat dikatakan sebagai pilihan yang kurang tepat bahkan salah tersebut.

7.    Karir dan Kepribadian

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, karir adalah sesuatu yang kita niatkan untuk ditekuni sepanjang usia kita. Sedangkan kata ‘kepribadian’ menurut kamus Bahasa Indonesia jaringan adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yg membedakannya dr orang atau bangsa lain.

Seperti apakah hubungan antara karir dan kepribadian? Seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya, sangat disarankan bagi kita untuk memilih bidang karir yang sesuai dengan minat kita. Tidak hanya minat, bakat atau kemampuan pun menjadi syarat mutlak agar karir kita tidak tersendat-sendat dalam perjalanannya.

Kedua syarat yang disebutkan di atas tentu akan sangat baik jika dijalankan. Hal ini dikarenakan suatu karir tentunya akan dan harus dibangun, dipupuk, serta dikembangkan tidak hanya dalam waktu semalam. Setiap orang pasti membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membangunnya dan memastikannya dalam posisi yang aman.

Hal lain yang membuat minat menjadi salah satu syarat penting dalam perkembangan karir seseorang adalah karena hanya ketika kita mempunyai semangat dan hasrat yang besar pada suatu bidang kehidupan itulah kita baru akan dapat berkembang dengan lebih cepat dan baik. Selain itu kita harus siap menghabiskan banyak waktu untuk menekuni dan menggeluti bidang yang kita pilih sebagai jalur karir kita agar akhirnya kita dapat menikmati perjalanan karir kita dan mencapai sukses di bidang itu dengan lebih mudah.

Kemudahan juga akan lebih terasa ketika kita tidak memaksakan suatu minat tertentu tanpa adanya bakat atau kemampuan pada diri kita. Karena itulah kita perlu mengenal kepribadian kita terlebih dahulu agar kemudian kita dapat menentukan apakah bidang yang kita minati dapat kita geluti dengan bantuan kemampuan yang tersimpan dalam diri kita yang kemudian harus disesuaikan dengan kepribadian yang kita miliki. Maka, kenalilah diri kita terlebih dahulu sebelum kita melangkah lebih jauh dalam memilih suatu jenjang karir tertentu yang nantinya akan menjadi bagian dari pilihan hidup kita.

8.    Karir dan Lingkungan Pergaulan

Selain hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, ada satu hal lagi yang tidak dapat dipungkiri pengaruhnya dalam membangun sebuah karir. Hal tersebut tidak lain adalah interaksi terhadap lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan tempat kita bersosialisasi merupakan factor yang dapat kita kendalikan agar pada akhirnya juga mencerahkan karir kita. Beberapa cara yang dapat digunakan antara lain:

  1. Sesuaikan Diri Menuju Idealis

Setiap orang perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya. Kemudian lingkungan tersebut perlu secara bersama-sama membentuk suatu budaya kerja yang berkarakter idealis. Idealis di sini berarti ingin mengidealkan tujuannya. Dengan kata lain, perlu secara bersama-sama berusaha untuk meraih sesuatu yang sangat sesuai dengan yang dikehendaki.

  1. Hindari Sifat Eksklusif

Dalam sebuah lingkungan kerja tidak menutup kemungkinan untuk terciptanya kelompok-kelompok kecil di dalamnya. Banyak orang yang menjadi bagian dari kelompok-kelompok yang berbeda-beda. Namun baiklah kita jika menghindari hal tersebut. Bergabungnya kita dengan satu kelompok tertentu dan tidak membaur dengan kelompok lainnya dapat menciptakan kesan ekslusivitas diri di hadapan rekan kerja lainnya. Paling tidak, jangan sampai kita memusuhi kelompok manapun.

  1. Teladan dari Atas

Ketika kita berada di posisi bawah, baiklah kita meneladan tindakan dari atasan kita yang memang patut diteladani. Dan ketika kita berada di posisi atas, cobalah untuk memberi teladan yang baik agar mereka yang berada di bawah posisi kita bisa meneladan kita dan menghormati serta menghargai kita sebagai atasannya.

  1. Menghargai Arus Bawah

Saat berada di posisi yang lebih atas, sebaiknya kita menunjukkan bentuk penghargaan dan apresiasi atas kinerja orang lain yang telah membantu kita. Dengan demikian mereka pun akan merasakan bahwa keberadaannya diperlukan dan berharga. Perasaan seperti itu juga akan meningkatkan kinerja para pekerja di kemudian hari. Dan hal tersebut akhirnya juga akan menguntungkan semua pihak.

This entry was posted in Tips. Bookmark the permalink.

Comments are closed.