Change Management Strategic Risks to Successful Project Implementation


Steven Suryanto / 0912200161 / 02MBM

Penting untuk mengerti organisasi sebagai sebuah system yang kompleks yang terdiri dari manusia, proses, teknologi, material, prosedur dan strukturisasi. Perubahan di area manapun dari organisasi akan membuat sebuah efek riak di area lainnya, seperti menjatuhkan kerikil di ember yang penuh dengan air.

Untuk meningkatkan kecepatan perubahan suatu organisasi untuk mendukung implementasi dari projek yang penting, bahan yang krusial untuk dipertimbangkan sebagai project manager adalah tingkatan dimana manusia sebagai kunci dari resilient, baik yang terlibat dalam project dan yang terkena dampak dari project. Ada 5 karakteristik dari resilience : Positive, Focused, Flexible , Organized, dan Proactive.

Dibawah kondisi perubahan strategi, 4 hal yang harus dipertimbangkan :

1. Resiliense – Kemampuan individu dan team untuk menyerap perubahan.

2. Change Knowledge – Working Knowledge dalam konsep perubahan

3. Managing Adaptation Resources – Resilience dan hasilnya meningkatkan kapasitas untuk beradaptasi terhadap perubahan sepatutnya diperlakukan seperti sumber daya strategic lainnya

4.Building Implementation Architecture – Pemahaman dari nilai pengungkit dalam proses implementasi

First Strategic Risk Area : Resilience

Beberapa karakteristik resilience yang terdapat dalam area ini :

  1. Positive – Memiliki sense of security dan self assurance berdasarkan pandangan mereka yang kompleks akan hidup namun penuh dengan opportunity
  2. Focused – Memiliki pandangan yang jelas akan apa yang ingin mereka capai
  3. Flexible – Mendemonstrasikan kemampuannya dalam berpikir dan bekerja dengan yang lain saat merespon terhadap perubahan
  4. Organized – Mampu membangun dan mencari order ditengah ambiguitas
  5. Proactive – Menjalankan perubahan daripada menghindarinya

Second Strategic Risk Area : Change Knowledge

  1. The Nature of Change – Kita akan dapat meningkatkan resiliansi jika kita mengusahakan kesempatan untuk memanfaatkan beberapa tingkatan dari direct dan indirect control melalui apa yang terjadi saat implementasi dari perubahan.
  2. The Process of Change – Perubahan adalah proses pengembangan bukan binary dari “either/not”. Proses pengembangan ini memiliki 3 karakter, present, transition, dan future state
  1. The Roles of Change

Peran ini dibagi menjadi 4 kategori :

  1. Sponsor
  2. Change Agent
  3. Target
  4. Advocates
  1. Resistance to Change – Resistensi adalah bagian natural dari perubahan yang dibawa oleh project.

Alasan terjadinya resistensi adalah

  1. Lack of Vision
  2. Poor implementation history
  3. Lack of middle management support
  4. Lack of understanding or belief
  5. Low risk-taking
  6. No consequence management
  7. Lack of clear communications
  8. Lack of time
  9. Poor follow through
  10. Lack of Synergy
  11. Rhetoric versus result
  12. Poor management of resistance
  1. The Seven Stage in the Perseption of Change as Negative
    1. Stage 1 – Immobilization
    2. Stage 2 – Denial
    3. Stage 3 – Anger
    4. Stage 4 – Bargaining
    5. Stage 5 – Depression
    6. Stage 6 – Testing
    7. Stage 7 – Acceptance
  1. The Five Stage in the Perseption of Change as Positive
    1. Stage 1 – Uninformed Optimism
    2. Stage 2 – Informed Pessimism
    3. Stage 3 – Hopeful realism
    4. Stage 4 – Informed Optimism
    5. Stage 5 – Completion
  1. Commitment to Change
    1. Investasi sumber daya
    2. Mengejar Goal secara konsisten
    3. Menolak idea tau action plan yang memberikan hasil dalam jangka pendek
    4. Focus terhadap tujuan akhir
    5. Menjadi kreatif, ingenious dan resourcefull dalam menghadapi permasalahan.
  1. Synergy and Change – Sebelum mencoba untuk membuat perubahan, kita harus terlebih dahulu memeriksa hubungan antara sponsor, target, agen, dan advocate . Hubungan ini dapat dilihat antara lain sebagai self-destructive, static atau synergistic.
  1. Culture and Change
    1. Culture dibuat berdasarkan dari kebiasaan dan asumsi-asumsi yang ada pada organisasi.
    2. Culture dibuat untuk dibagi atau disebarkan
    3. Culture terpelihara dalam self-fulfilling cycle

Third Strategic Risk Area : Managing Adaptation Resources

Resilience dan hasilnya meningkatkan kapasitas untuk beradaptasi terhadap perubahan sepatutnya diperlakukan seperti sumber daya strategic lainnya (cth, modal dan teknologi). Keputusan harus dibuat dalam aturan yang berlaku untuk menghindari kapasitas organisasi untuk jauh dalam menghadapi perubahan dan jauh dibawah permintaan.

Fourth Strategic Risk Area : Building Implementation Architecture

  1. Klarifikasi parameter dari project
  2. Komunikasi project melalui organisasi
  3. Mendiagnosa variable penting, seperti komitment sponsor dan resistensi target
  4. Merencanakan project berdasarkan dari hasil diagnose
  5. Implementasi
  6. Monitoring Implementasi
  7. Evaluasi Hasil Akhir

This entry was posted in Change Management. Bookmark the permalink.

Comments are closed.